Kamis, 28 Juli 2011

GUGUN BLUES SHELTER...

Jakarta 28 Juli 2011



Beberapa lalu, saya dan dua teman saya berhasil ketemuan bareng gugun blues shelter... band indie yang satu ini memang lagi jadi trending topic... tentu bukan karena gosip2 gak jelas, tapi karena prestasi mereka yang sudah go internasional... terakhir mereka manggung di hyde park, london, inggris... di acara hard rock dan mereka satu panggung dengan rod stewart dan bon jovi...



saya pun berhasil merekam saat wawancara tersebut melalui kamera dslr saya... asiknya, sebagai public figure, mereka gak jaim... bahkan, jono, bassis gbs, tega2nya ngasih angin perut saat wawancara... hasil obrolannya saya kutip dari tulisan harry purnama, teman saya di majalah... agak formil karena tulisan dari majalah, tapi diasikin aja ya....

---

OLEH OLEH DARI HARD ROCK CALLING



Perjalanan Gugun Blues Shelter menuju Hard Rock Calling cukup berliku. Mereka harus melewati beberapa tahap seleksi, mulai dari seleksi di Indonesia hingga seleksi tingkat dunia. Untuk seleksi di Indonesia yang diadakan oleh Hard Rock Cafe, Gugun Blues Shelter berhasil menyisihkan 11 band lain. Sebagai pemenang dari Hard Rock Café Indonesia, Gugun Blues Shelter harus bersaing dengan pemenang dari negara yang tergabung dalam region 2, antara lain dari Meksiko, Argentina, Brasil, Venezuela, Kolombia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina.

Setelah melihat rekaman video yang dikirimkan oleh masing-masing band, akhirnya tim juri di Amerika memutuskan Gugun Blues Shelter sebagai pemenang dari region 2. Lalu dari hasil penjurian tersebut, didapatlah 40 band yang siap diadu melalui voting secara internasional. Hasilnya, Gugun Blues Shelter berhasil menjadi juara utama dan berhak tampil di main stage Hard Rock Calling.

Tampil di panggung internasional tentu memiliki nuansa yang berbeda dibandingkan jika tampil di dalam negeri. Mulai dari fasilitas yang diberikan, pelayanan, alat-alat, ambience penonton, hingga pengamanan. “Secara garis besar, festival di sana sama dengan festival di Indonesia. Namun, di sana hal-hal detail sangat diperhatikan. Misalnya, toilet ada banyak dan wangi. Ruangan yang kami dapat juga sama bagusnya dengan ruangan Rod Stewart,” ujar Bowie sang drummer.

Bahkan, mereka juga mendapat fasilitas ruang VIP yang di dalamnya tersedia layanan spa, full body massage, bar, photo box, serta makanan dan minuman gratis. Bagi yang ingin foto bersama artis terkenal yang tiba-tiba lewat dan kebetulan tidak bawa kamera, di Hard Rock Calling disediakan fotografer yang dapat digunakan untuk momen-momen mendadak seperti itu.



“Di belakang panggung juga ada bengkel untuk memperbaiki alat-alat musik yang rusak. Walaupun tidak gratis, tapi jika ada gitar atau drum yang rusak tidak perlu panik,” kata Bowie.

Hal lain yang layak dicontek dari penyelenggaraan Hard Rock Calling ialah soal keamanan, terutama pengamanan area belakang panggung yang harus steril. “Di sana ada empat tanda pengenal yang digunakan, yaitu tiga gelang dan satu co-card. Gelang pertama untuk pintu depan, gelang kedua untuk masuk backstage, dan gelang ketiga untuk ke ruang VIP. Jadi, per hari ada 3 gelang yang digunakan, dan tiap hari berbeda-beda,” kata Bowie.



“Jadi, kalau kita manggung hari Minggu, kita enggak bisa masuk backstage pas hari Sabtu, hanya bisa jadi penonton. Makanya backstage itu steril banget,” ujar Gugun sang vokalis menambahkan.

Masih soal pengamanan, penyelenggara Hard Rock Calling ternyata juga mengerahkan helikopter untuk memantau keamanan dari pucuk ketinggian. Helikopter tampak berputar-putar di arena festival ketika Ron Wood, gitaris Rolling Stones, tampil di panggung.

Berdasarkan pengalamannya mengikuti Hard Rock Calling, Bowie menilai kalau festival musik dengan multi-panggung itu dapat membuat bingung para penonton. Tidak fokus. Menurutnya, dua buah panggung saja cukup, seperti yang terjadi di Hard Rock Calling. “Tidak perlu banyak panggung, cukup dua panggung atau tiga. Jadi, ketika sedang check sound penonton bisa melihat para kru atau artis ber-atraksi memainkan alat musiknya,” kata Bowie.

Ditonton oleh 30.000 orang tentu bisa mengangkat nama Gugun Blues Shelter di mata pencinta musik internasional. Bahkan, menurut Gugun, misi Gugun Blues Shelter ke Hard Rock Calling selain tampil di festival musik internasional adalah untuk menjalin hubungan dengan agensi-agensi musik luar negeri. “Kita sempat ngobrol-ngobrol dengan orang Atlantic Records, tapi belum ada feedback lagi,” kata Gugun.



Namun, akan lebih baik kalau kedatangan Gugun Blues Shelter juga sekaligus digunakan untuk mempromosikan Indonesia, terutama musik di Indonesia, kepada dunia internasional. Akan tetapi, hasrat besar Gugun Blues Shelter untuk mempromosikan Indonesia ternyata tidak mendapat dukungan dari sponsor, terutama dari pemerintah. “Kalau ada sponsor, baik swasta atau pemerintah, itu bagus buat alat promosi. Karena di festival luar kan banyak penonton, dan kalau kita bisa promo Indonesia adalah negara yang modern, bukan tradisional, maka kita bisa laku di mata orang asing,” ujar Jono, pemain bass yang juga orang bule.

Namun, walaupun tidak mendapat sponsor dari dalam negeri, bukan berarti Gugun Blues Shelter berdiam diri. Mereka tetap memiliki harapan besar untuk menancapkan nama di dunia musik internasional. Hal itu dibuktikan dengan dirilisnya album mereka di Amerika yang berjudul “Far East Blues Experience” di bawah label Grooveyard Records asal Amerika.

Aliran blues memang kurang terlalu diminati untuk dimainkan oleh musisi-musisi di Indonesia. Namun, Gugun Blues Shelter berhasil menunjukkan bahwa dengan blues mereka bisa merambah dunia. Bahkan, belakangan aliran blues yang mereka bawakan mulai bisa diterima oleh berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari remaja SMA sampai generasi babeh-babeh. HP/VENUE

All images and all other content represented on this website are copyrighted and are the sole property of Anggit Benardi. However, you have free use of all articles/pictures if you provide a link to this blog, anyone who violate will be prosecuted by law of copyrights...

SEBUAH INDENTITAS DIRI...

Jakarta 28 Juli 2011

yeaaahhh, akhirnya saya bikin film lagi... judulnya "sebuah indentitas diri"... film ini tentang anak2 got (gerombolan orang tua) abah custom yang bersenang2 saat main motocross di sirkuit ksu depok... film ini diambil tanpa ada skenario, rundown atau script... saat itu kebetulan, tauvan, teman baru saya, bawa kamera nikon d5000, yang ternyata bisa merekam video... saya pun memasang lensa nikon fix 50mm f/1,4 biar bokehnya lebih gahar... langsung deh saya merekam semuanya...

oke deh, enjoy filmnya... terima kasih banyak buat tauvan yang sudah kasih pinjam d5000 nya... anak2 abah custom dan got yang rela direkam.... hhehehe... oiya, proses editing cuma sejam... pakai software magix... stock shoot yang ada memang sudah saya pikirkan sebelumnya... oke, once again enjoy.... :)

kalau mau nonton, klik link di bawah ini....

http://www.youtube.com/watch?v=bdq6dytrIk0

Selasa, 19 Juli 2011

ABOUT TRANS STUDIO...

Jakarta 19 Juli 2011

Akhirnya, setelah beberapa abad saya tak keluar kota... saya pun dipercaya untuk meliput trans studio di bandung... tuing, di bandung ? hehehhee, yup bandung only... gubrak !!!



jalan di jumat pagi naik travel seharga 70 ribu ternyata tak sesuai mitos... macet dimana2, saya pun sampai dengan selamat setelah menempuh perjalanan selama 3,5 jam... tapi pemandangan jalur tol cipularang membuat saya terpana... saya tak merasa berada di indonesia... jalanan bersih dan pemandangan hijau mengingatkan saya dengan jalanan desa di inggris (walaupun hanya lihat di channel nat geo di tv)... pintu tol pasteur, tempat saya turun dan melanjutkan perjalanan dengan taksi, langsung melaju ke trans studio...

bandung ternyata masih terlihat sama seperti saat saya sempat tinggal di kota kecil ini selama empat bulan, tapi semuanya berkembang dengan pesat... anak2 muda yang kreatif dan gaul memenuhi mall dan tempat kongkow.... hotel2 baru mulai bermunculan... jalanan pun bertambah macet dengan volume kendaraan yang bertambah... saya pun melewati jembatan pasopati, jembatan yang dulu setiap hari saya lewati bersama seorang wanita... well, it was a past... tapi, bandung adalah salah satu tempat bersejarah dalam hidup saya... disinilah saya menemukan teman2 sejati....

teriakan kencang pencinta adrenalin yang menaiki yamaha coaster menyambut saya... memang menyeramkan, tak seperti roller coaster biasa yang berjalan satu arah, wahana ini berjalan dua arah bolak balik... belum lagi ada satu jalur yang naik tegak lurus dan turun memanfaatkan gravitasi... hmmm, mungkin agak bingung ya... kalau mau melihatnya coba cari di youtube dengan kata trans studio yamaha coaster...



harga masuk trans studio sebesar 150 - 200ribu, kalau malas antri di wahana, terpaksa merogoh kantong lebih dalam, harga tiket vip sebesar 400 ribu... hmm, kapitalisme ?... masuk ke dalam, suasana mulai ramai... lampu2 yang berkelap kelip, bilboard berukuran besar, toko2 tematis dengan beragam warna dan orang2 yang mengantri di depan wahana... ada wahana2 yang tak jauh sama dari dunia fantasi... ada teater seperti bioskop masa lalu, ada studio tv tempat kita bisa merasakan dunia presenter tv dan transcar, bagi yang mau belajar mengemudi... ditambah lagi ada cafe bertema rumah pohon dan sarana panjat tebing..

setiap jam 4:30 diadakan parade simbol dan karakter program acara di trans tv.... diantaranya bolang dan jeng kelin... parade hanya berjalan sekitar 30 menit... cukup menghibur bagi anak2 tapi tidak bagi saya... hehehe piss.... mungkin karena terlalu crowded dan parade berjalan sangat singkat...



setelah berkeliling selama kurang lebih dua jam... saya tak melihat apa yang unik di trans studio selain yamaha coasternya yang cuma ada tiga di dunia... kalau dibandingkan dengan dunia fantasi nya ancol, bedanya hanya simbol dan karakter yang biasanya tampil di layar kaca daaannnn kita gak akan kepanasan atau kehujanan ... sisanya, not worthed for 200k... kenapa ?, lihat statistik saya di bawah....

buat orang jakarta seperti saya, melaju ke bandung saja sudah cukup mahal, paling tidak biaya transportasi sebesar 160-230ribu harus saya keluarkan... belum lagi untuk biaya makan, sekitar 30-50 ribu... huff, ditambah tiket sebesar 200 ribu, total biaya sekitar 390-480 ribu... wow, yeah too much for me....

sepertinya saya tetap memilih dunia fantasi untuk urusan harga, biayanya sekitar 150 ribu saja... tapi mungkin bagi adrenaline junkie yang mau merasakan ketegangan yamaha coaster, harga tadi menjadi relatif.... jadi selamat memilih...



sebelum pulang ke jakarta, saya mampir ke hotel aston tropicana... sekalian ketemu mbak nina mulyani, public relation manager hotel tersebut... kebetulan ada media gathering, jadi saya bisa sekalian menikmati makan malam gratis yang lezat2... yummy... terima kasih mbak nina....

ps : my corby is gone... yup, setelah 11 bulan menjadi teman saya, handphone yang pertama kali saya beli dari gaji pertama saya di majalah lepas dari genggaman... yup, i have so many new things in this month but i have to let the old one gone.... hiks...